Selasa, 19 Oktober 2010

Jus Jambu #2

Ingat cerita saya mengenai jus jambu? bagaimana ia masuk ke dalam kerongkongan, menghanyutkan dahaga. Suarapun keluar dari sedotan saat bibir menyeruputnya perlahan. Kini kembali ia hadir. tepat di sebelah keyboard komputer di meja kerjaku. Dingin seperti biasanya. Dan sedotan kuningnya menjulang dari sela plastik hitam. Diam dan angkuh. Begitulah ia saat menjanjikan dahaga yang mampu menghilang. Menyulap segala gundah dan gerah dengan sekali seruputan. Segarnya. melebihi senyuman gadis tercantik manapun. Satu, dua, dan seterusnya seruputan demi seruputan, menarik cairan warna merah jambu keluar dari gelas plastik bening dan pindah ke dalam perut yang lelah.

Segarnya. mengalahkan rasa minuman bahagia yang dulu seringkali meramaikan saat bersama teman di depan televisi kamar kontrakan. Jus jambu ini tiada duanya. Lihat saja. Perhatikan. wajah masamku kini berubah gembira. Jari-jemaripun tidak enggan menari, mengikuti irama yang mengiringi imajinasi berkelana tinggi.

Jus jambu membawaku terbang tinggi. Menjelma menjadi sayap. membawaku hingga ke langit kemudian wujudnya menghilang, dan akupun terhempas. Jatuh vertikal. Kamu tau rasanya? hmmmmmm segar dinginnya..........(26 September 2010)

Rindu

Lupa rasanya rindu. Kesepian meraja lela. Maka kupasang banyak gelang besi di tangan kiri. Biar gemerincing saat tangan bergoyang. Dan menghadirkan saat bergembira bersamamu yang beberapa waktu lalu berlalu.

Maaf, malam tidak selamanya indah. Dan aku bukanlah pendongeng yang baik. Lebih sering hujan yang mengusik lamunan. Dan aku hanya bisa menghadirkan senyuman tipismu yang berhias bintang melalui coretan pena di atas secarik kertas apa saja.

Jangan pernah bilang rindu. Biarkan dia duduk manis dalam pikiran yang gundah. Dia akan terus merajuk bila dituruti. Berikan selalu berita baik. Biar semua berjalan sesuai rencana. Dan tidak ada yang mudah untuk selalu menjadi kita. Karena begitulah Tuhan menguji semua pasangan. Agar tidak kalah oleh sakit, miskin, gagal, dan kecewa.

Maka pendamlah rindu, sebaik kau mengingat semua cerita tentang kita. Hingga tiba saat hari bahagia nanti kita tumpahkan bersama keluarga.....

Bersabarlah.......(25 September 2010)

Iedul Fitri

Sahabat...pagi ini mendung sekali dirumah. Dan rintik takbir tidak henti sirami hati sejak kemarin sore. Takbir yang indah. Memenuhi ceruk hati yang gundah. Mengisi selokan rindu yang berkelok. Jeramnya yang menderu menghanyutkan semua pikiran, menelanjangi semua yang pernah dilakukan. Saya pikir bukan hari kemenanganlah yang dituju, seperti kebanyakan orang, karena telah menundukkan hawa nafsu selama sebulan penuh. Tetapi haruslah sebuah belas kasih tuhan. Sebuah harapan akan diberikan kesempatan berkaca lagi di depan cermin logika tahun depan. Entah dimana letak harapan itu akan berlabuh. Karena kuasa Tuhan tidaklah terukur. Misteri yang kekal sepanjang sujud dan doa di lapangan komplek saat Iedul Fitri.

Sahabat...masihkah kita berteman walau saya sudah mengakui bahwa ketidaksempurnaan adalah label saya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Saat hati tidak seirama dengan mulut maka lahirnya perkataan yang melukai. Saat pikiran tidak seirama dengan mulut makan lahirlah perbuatan yang tidak berkenan. Dan disitulah hati kalian kecewa, juga hati Tuhan.

Maka disaat saya hanyut jeramh hujan takbir dalam kelokan logika, saya inigin meminta maaf. Biar saya tukar kemenagan yang saya dengan sepotong maaf. Hanya sepotong saja sahabat....Sayapun akan terus mendoakan semua agar lancar adanya. Buat kalian mengarungi satu hidup setahun ke depan.....biar yang pergi...pergilah. Tidak memiliki tanah yang menciptakannya....tapi biarlah kita menjadi sahabt...saudara yang berjalan diatas tanah yang membentuk daging kita. saling memaafkan. Mengurangi beban, modal kita berjalan bersama. Mempersiapkan hari "kepulangan" yang Indah.........



Mohon maaf lahir batin......di hari yang Fitri yang selalu Indah.......(10 September 1980)

Semangat

Jika pagi adalah semangat..maka biar dia kusimpan dalm saku baik-baik. Seperti buku hidup. Dan jika orientasi berubah dalam perjalanan, maka biar kubaca untuk mengembalikan ke garis peta semula.

Di mana letak semangat?, dia ada saat pertama kali sinar mentari mengetuk jendela kamar. Menyapa lembut, menarik selimut dan memberikan kesegaran dalam air di kamar mandi.

Bersyukur saja. Itu sudah lebih dari cukup. Pegang semua rencana. dan awasi baik-baik gerak kemudi. Biar tidak ada halangan yang mengubah arahnya.

Sore telah menunggu.

Dengan segala keajaiban malam yang sekiranya akan dihadiahkan. (30 Agustus 2010)

Lagi

Dan awan biru mengabur dalam pekatnya malam. Dan suara dari surau-surau memmenyapa gelap merayapi gulita. Lampu-lampu menyala. Dan doa-doa dipanjatkan. Sekali lagi Tuhan meberikan kesempatan umatnya menikmati malam. (29 Agustus 2010)

Sore

Aih perahu semakin menepi. Angin semilir pembawa harapan tinggal di bawah buritan. Ombak bergulung dan hilang. Pesisir panjang membentang. Sementara nyiur tegak menantang angkasa. Kota kini berwarna jingga. Matahari yang lelah perlahan menarik selimut nya. Diam saja berjuta bahasa. terlalu indah sore dapat dilukiskan. Sepeda-sepeda dari masa lau berlalu lalang. Sementara deru mesin riuh rendah. Kehidupan masih mencoba memperlihatkan eksistensinya. Semnentara bahan bakar sudah menipis. Kepul asap pabrk teruk merusak angkasa. Dan anak-anak sibuk menutup mulutnya.

Di ujung daratan sebuah kata diucapkan " datanglah...." walau kau lelah. Mari berbagi sore yang indah. Setiap hari tidak akan sama wahai pencuri malamku. Kini saatnya, tuangkan limun yang disiapkan harapan kedalam gelas biru.

Begitulah kita. Begitulah kita akn selalu menghabiskan sore bersma. Walau tubuh jauh terpisahkan olehwaktu berjam-jam lamanya......(28 Agustus 2010)

Jika Saja

Saya berlari..menari..menyebar bahagia...yang sempat kering oleh panasnya cuaca.

Saya berlari...menari...menyebar harapan....yang sempat tenggelam oleh luapan air hujan.

Dan kini saya duduk terdiam, membiarkan imajinasi mengembara entah kemana. Mencari cahaya yang mengganggu bertahun-tahun lamanya.

Musim berganti. Danau mengering dan kembali berair. Tapi sampan tetap bersiap. Juga dayung yang setia memeluk dasarnya.

Jika saja malam segera datang, maka akau akan menari lagi. mengikuti irama jam. Mengikuti irama malam. Tanpa lelah hingga hari berganti.

Dan saatpun lelah. kuingin terlelap dibuai harapan dan berharap kau datang tepat pada waktunya.....(27 Agustus 2010)

Bulan

Malam ini bulan Cantik Sekali.

Lihat....dia anggun memandangi bumi

benderang....menyaingi pedar lampu di rumah menyelimuti bukit.

Ingin sekali berlari menapaki bukit...di titik tertinggi memandangi kota dengan malamnya yang berhias bulan

terima kasih untuk-Mu

Selalu saja mengingatkan banyak hal dengan keindahan.

Mengingatkan hari-hari yang patut disyukuri,

daripada menghabiskan waktu berkaca, sementara tubuh semakin renta.

Bulan cantik sekali malam ini.........(26 Agustus 2010)

Kita

Tetaplah menjadi akal sehatku.....saat kegilaan dan kerinduan akan pasar malam mendera........gantikan semua kerlip lampu-lampunya yang mempesona dengan suaramu......dan tetaplah menjadi kita disaat roda memaksaku berada di bawah.....

Jangan pergi sejengkalpun, atau teruslah mendekat, biar kusesak nafas. Dan saat bersamu akan menjadi saat-saat bahagia.

Kalaupun kau pergi, biar kutunggu, dan biarkan jangkar terus berda didasr laut, habis berkarat. Tapi janganlah melebih satu malam, karen akerinduan akan membunuhku perlahan.

Bernyanyilah, lagu bahagia. sedih bahagia, dan bahagia lebih bahagia. Dan kita akan menjadi siluet pada saat memandang sang surya tenggelam.....(27 Agustus 2010)

Fajar

Besok...sahabat saya akan mengakhir masa sendirinya. Dengan keyakinan hati, tanpa interpensi, dan saya yakin tidak ada kaitannya dengan pencapaian materi. Kemudian dalam dunia khayal...atau mungkin kembali ke masa lalu. Atau saat di warung Bang Maung...dengan meja dan bangku panjangnya. Sambil menyantap mie ayam bakso +nasi..menu andalan saat kuliah. Beragam masalaah ia ceritakan. Ya. Masalah keluarga. Ah ingat saat itu, tidak terhitung beberapa tetes air mata jatuh, dan sementara saya hanya diam. Sesekali menyeruput mie ayam yang tidak kepalang panjangnya. Bukan berarti dari banyaknya masalah kami menjadi begitu dekat. Melainkan karena kami menempati ruang yang sama. Ruang warna biru di Gedung G 204. Tempat yang tepat untuk melarikan diri dari masalah perkuliahan. Kamipun belajar fotografi bersama. Banyak agenda yang telah terlaksana. banyak kenangan yang tercipta dalam suka.
Begitulah kami. Tidak ada kata yang tepat untk menggambarkan betapa kami dekat. Tiba-tiba saja kami dibaiat menjadi sebuah keluarga saat kami semua berteria "Motret Mesti berani....". Beberapa masih setia menjalani karunia tersebut. kami seringkali berkumpul. walau sudah bertahun lamanya kami keluar dari ruangan tersebut. Sekedar meregenarasi, tetapi tidak akan pernah membunuh kenangannya. Dan kamu adalah sejarah bagi saya....kamu tahu apa yang terjadi pada diri saya selama ini. Juga sahabat kita lainnya........
Walau kini formasi di lapangan lepas landas gantole telah berubah......yakinkah bahwa benang merah yang telah kita buat dengan susah dan bertahun lamanya tetap terlihat dengan jelas.
Seandainya saja ia ada didepan saya. Saya ingin sekali berpesan. Baik-baiklah kamu dalam perjalananmu nanti. Karena kamu tidak lagi bersama kami.
Tentang keluarga bahagia. Belajarlah dari alam. Saling menghargai. Jangan berharap melebihi apa yang kehidupan dapat berikan. Semua pasangan, saat berjanji, maka Tuhan akan berikan sepetak lahan kering. Yang akan subur oleh keringat dan airmata bahagia mu. Kemudian akan tumbuh rumput dan bunga beranekaragam. Itu, jika kamu menjaganya dengan setulus hati.
Ingat sahabat....Kita hidup tidak untuk selamanya. jadi biarkanlah mengalir saja. Pencapaian-pencapaian yang bersifat fisik, terbukti sering menjebak manusia dalam ketakutan. ketakuan akan mati. Ketakutan akan berpisah dengan dunia yang hanya sementara ini.
Kini kamu tidak akan berpura-pura lagi sebagai ibu yang mengandung anak...seperti malam pentas seni ketika pelantikan anggota baru. yang sempat membuat semua yang melihat tidak habis pikir. Dan kini kamu akan menjadi ibu yang seutuhnya buat kehidupan, seperti ibu-ibu lainnya yang telah memulai lebih dulu.
Dan saya yakin, kamu akan menjadi pasangan dan ibu yang dikehendaki Tuhan.........amien.....

saya masih di kolom koran seperti sediakala..........

Momentum

Angin berhembus kencang pagi ini. Sementara mendung menggelayut di sepanjang cakrawala. Saya buat pesawat terbang kertas tadi malam. Buat bekal teman angin berhembus esok harinya. Kini ditangan yang lelah. diantara ibu jari dan telunju, saya selipkan bagian bawah pesawat kertas. Kemudian saat angin berhembus saya lesatkan. Tinggi sekali, dengan keseimbangan yang sempurna terus terbang, perlahan, melewati pohon mangga, kemudian dengan anggun mendarat tidak jauh dari ladang rumput.
Penerbangan yang indah....
Kemudian sekali lagi saya pungut, kemudian dilesatkan kembali. Kali ini, pesawat terbang rendah, tidak lama setelah terbang ia menukik tajam dan menghujam kubangan.
Ya pendaratan yang kejam. Ada yang salah. saya pungut dan coba perhatikan baik-baik. Tidak ada yang salah. Semua masih berfungsi dengan sempurna.
oh ya...bicara momentum dalam hidup atau setiap kesempatan. Pada penerbangan yang kedua saya tidak menunggu momentum angin berhembus kencang. JAdilah penerbangan yang tidak tidak diinginkan.
Seberapa pentingkah momentum itu......
jawabnya ada saat pesawat terbang tinggi, melayang jauh, terbang sangat anggun , melayang dan terus melayang............(28 Juli 2010)

Bermain Hujan

Suara rintik hujan terdengar perlahan. Dan akhirnya hujan sangat deras. Jelas terlihat dari jendela. Anak-anak hujan menghujam tanah. Menciptakan kabut yang menutupi persawahan. Ingat dulu ayah selalu mengajak menikmati hujan dari saung milik kakek di ujung sawah. Membiarkan tubuh menjadi basah. Kemudian ayah mengajak adu lari. Siapa sampai duluan sampai orang-orangan sawah. Akan ditraktir mie ayam dekat terminal. 1....2...3.....dan kamipun beradu tangkas. Menyusuri setapak licin. dan membiarkan tubuh terpeleset masuk ke dalam kubangan lumpur. Kamipun tertawa bersama. Kemudian ayah selalu bercerita " Lihat....tanah ini adalah tanah yang menyusun struktur tubuh kita" lalu ayah mulaii mebaluri lumpur ke wajahnya.....Lihat!!! Serukan!!! ayo ikuti...setelah semua wajahnya tertutup lumpur ayah mulai mebaluri seluruh lumpur ke tubuhnya. Menyenangkan sekali. "Baik-buruk tanah ini harus kita jaga......banyak tanah lebih subur...banyak tanah lebih indah. Tapi buat apa kalau dia tidak menghendaki tubuh kita. .....Begitu selalu ayah mengakhiri permainan lumpur. Setelah itu kamipun kembali berpacu. Dan ayah ternyata lebih dulu memegang orang-orangan sawah. Dan untuk kesekian kalinya saya kalah." Tenang nak...ada saatnya kamu menang..nikmati permainan...sekarang biarkan ayah yang traktir kamu mie ayam....saya yakin suatu saat nanti kau akan menolak ayah traktir. Dan kamu akan selalu menjadi anak kebanggaan ayah.....tunggu saja waktunya......".
Lalu kubangunkan jiwa yang tertidur lelap perlahan."Hei Jiwa....hujan nak....mau bermain bersama ayah....? (27 Juli 2010)