Sahabat...pagi ini mendung sekali dirumah. Dan rintik takbir tidak henti sirami hati sejak kemarin sore. Takbir yang indah. Memenuhi ceruk hati yang gundah. Mengisi selokan rindu yang berkelok. Jeramnya yang menderu menghanyutkan semua pikiran, menelanjangi semua yang pernah dilakukan. Saya pikir bukan hari kemenanganlah yang dituju, seperti kebanyakan orang, karena telah menundukkan hawa nafsu selama sebulan penuh. Tetapi haruslah sebuah belas kasih tuhan. Sebuah harapan akan diberikan kesempatan berkaca lagi di depan cermin logika tahun depan. Entah dimana letak harapan itu akan berlabuh. Karena kuasa Tuhan tidaklah terukur. Misteri yang kekal sepanjang sujud dan doa di lapangan komplek saat Iedul Fitri.
Sahabat...masihkah kita berteman walau saya sudah mengakui bahwa ketidaksempurnaan adalah label saya sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Saat hati tidak seirama dengan mulut maka lahirnya perkataan yang melukai. Saat pikiran tidak seirama dengan mulut makan lahirlah perbuatan yang tidak berkenan. Dan disitulah hati kalian kecewa, juga hati Tuhan.
Maka disaat saya hanyut jeramh hujan takbir dalam kelokan logika, saya inigin meminta maaf. Biar saya tukar kemenagan yang saya dengan sepotong maaf. Hanya sepotong saja sahabat....Sayapun akan terus mendoakan semua agar lancar adanya. Buat kalian mengarungi satu hidup setahun ke depan.....biar yang pergi...pergilah. Tidak memiliki tanah yang menciptakannya....tapi biarlah kita menjadi sahabt...saudara yang berjalan diatas tanah yang membentuk daging kita. saling memaafkan. Mengurangi beban, modal kita berjalan bersama. Mempersiapkan hari "kepulangan" yang Indah.........
Mohon maaf lahir batin......di hari yang Fitri yang selalu Indah.......(10 September 1980)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar