Belajar menerima kehilangan. Entah apapun itu. Kehilangan mimpi, kehilangan semangat, atau kehilangan catatan yang selama ini meramaikan bagian kolom dalam buku muka. Entah apapun bentuknya. kehilangan merupakan sebuah bagian yang akan selalu mengintai kehidupan. tetapi tetap saja. Bagaimanapun mereka menjelma dalam setiap kesempatan, dan kadang tergambar jelas dalam bentuk garis tangan. kehilangan masih saja sulit dimengerti. Kita Selalu siap dengan berkah....penemuan..harapan yang terealisasi..atau apapun itu. Tapi kita tidak pernah merasa siap dengan kehilangan.....Saya beberapa kali melewati sebuah kehilangan besar. Dan itu sangat berengaruh sekali dalam kehidupan. Seorang nenek, sebuah motor, kekasih, dan banyak lagi. Tapi ada hal yang mudah yang sedikit banyak mengurangi tekanan atas sebuah kehilangn. Kita harus bisa mencari sebuah pembenanran...atau berusaha keras mencari jawab kenapa Tuhan memberikan kita sebuah kehilangan. Mungkin itu sebuah pertanda, menjelaskan bahwa akan ada sebuah peristiwa besar dibalik kehilangan itu atau malah sebuah hidayah....
Catatan yang saya buat memang hanya pikiran yang sempat terpikir atau lebih tepat menuliskan pikiran. Dan kadang merasa ajaib, karena suku kata tersebut seperti tidak terpikirkan sebelumnya. Saya menyebutkan tulisan dari Tuhan. dan hampir setahunan ini saya kumpulkan berharap suatu saat akan menjadi cinderamata buat anak dan cucu......
dan kembali mengenai kehilangan...rasanya aneh saat melihat cataan tersebut tidak lagi bersama saya...entah hilang kemana.....kemudian saya bertanya kepada teman yang sepertinya mengetahui sebuah proses. dan berusaha mencarinya kembali di tempat sampah dunia maya. Seumpama memang catatan tersebut bermuara di sana....tapi setelah dipikrikan...buat apa.......saya akan coba membuat kehilangan itu menjadi sebuah kejadian yang indah. Mengingatkan saya kembali untuk lebih siap menerima kehilangan. Karena selama ini saya merasa kurang bersyukur. Hanya memaksakan kehendak lewat tulisan. dan saya pikir catatan tersebut sudah muak menjadi bagian dari hidup saya. Hanya berisi keluh kesah..atau ajakan "memaksa" untuk membuat rumah bersama yang bahagia bersama kekasih....dan itu semua akhinya omong kosong......mereka tidak mau lagi menjadi sampah......
Ya...saya harus terus menulis. Tapi mungkin tidak hanya sebuah kegagalan..atau membuat hati sengsara..tapi sebuah kebahagiaan. Menuliskan betapa saya belajar siap menerima keadaan, hingga kini saya masih berusaha mencari pasangan hidup yang menerima kehidupan dunia ini indah apa adanya....tidak hanya hidup dalam dunia benda melainkan dunia dengan segala kerendahan hatinya.
Saya pikir, saat membaca ulang tulisan saya yang hilang. Saya merasa bodoh...kenapa selalu harus terjebak dengan kehidupan kacamata kuda...berfokus tulisan hanya untuk asmara yang berantakan. Seolah itu sebuah kebutuhan primer yang menggantikan makanan dan lauk pauk.
Oleh sebab itu...di sinilah saya....saya akan kembali menulis...biarkan tulisan yang sebelumnya terbang melayang menemani angka 30....saya akan terus berusaha menjadi peramu kata.....yang lebih menghargai diri saya dan kehidupan semesta........(24 Mei 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar